Selasa, 22 Maret 2011

Ruang Personal

A. Pengertian Ruang Personal

Ruang personal adalah daerah sekitar seseorang yang mereka anggap secara psikologis sebagai milik mereka. Invasi ruang personal sering mengarah pada ketidaknyamanan, kemarahan, atau kecemasan pada pihak korban.
Amygdala ditenggarai memproses reaksi kuat orang untuk pelanggaran ruang personal karena amygdala ada di orang-orang, dimana sudah rusak dan ini diaktifkan ketika orang secara fisik dekat.

Menurut para tokoh, terdapat beberapa pengertian ruang personal, yaitu:

Sommer (dalam Altman, 1975): Ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya.

Goffman (dalam Altman, 1975): Ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.

Edward T. Hall: Dalam interaksi sosial terdapat empat zona spasial yang meliputi: jarak intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak publik.Kajian ini kemudian dikenal dengan istilah Proksemik (kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam Altman, 1975). Empat zona tersebut adalah:
1. Jarak intim: (0-0.5m), jarak ini adalah jarak dimana kita hanya mengizinkan orang-orang yang terasa sangat dekat dengan kita untuk berada didalamnya. Biasanya kekasih/pasangan, orang tua, kakak/adik, dan sahabat dekat dapat memasukinya tanpa menimbulkan rasa risih.
2. Jarak personal: (0.5-1.3m), jarak ideal untuk percakapan antara 2 orang teman atau antar orang yang sudah saling akrab.
3. Jarak sosial: (1.3-4m), jarak yang biasa kita buat untuk hubungan yang bersifat formal, seperti: bisnis, pembicaraan dengan orang yang baru kita kenal, dsb.
4. Jarak publik: (4-8m), jarak untuk hubungan yang lebih formal seperti penceramah dengan hadirinnya. Paspampresnya amerika biasanya membuat ruang kosong selebar +/- 4m untuk menjaga pejabat penting.


B. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya

Hall (dalam Altman, 1976): Norma dan adat-istiadat dari kelompok budaya dan etnik yang berbeda akan tercermin dari penggunaan ruang (space)-nya, seperti susunan perabot, konfigurasi tempat tinggal, dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan individu lainnya.
Dalam penelitiannya, orang Jerman lebih sensitif terhadap gangguan, memiliki gelembung ruang personal yang lebih besar, dan lebih khawatir akan pemisahan fisik ketimbang orang Amerika. Orang Inggris merupakan orang-orang pribadi (private people). Akan tetapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain dengan menggunakan sarana-sarana verbal dan non-verbal dibandingkan dengan sarana fisik atau lingkungan. Orang-orang Perancis Berinteraksi dengan keterlibatan yang lebih dalam. Kebiasaan mereka berupa rasa estetika terhadap fashion merupakan bagian dari fungsi gaya hidup dan pengalaman.
 
Hall (dalam Altman, 1976): Kebudayaan Arab memiliki pengindraan yang tinggi, dimana orang-orang berinteraksi dengan sangat dekat: hidung ke hidung, menghembuskan nafas di muka orang lain, bersentuhan dan sebagainya. Kebudayaan Arab (juga Mediterania dan Latin) cenderung berorientasi pada "kontak" dibandingkan dengan Eropa Utara dan kebudayaan Barat. Jarak yang dekat dan isyarat-isyarat sentuhan, penciuman, dan panas tubuh tampaknya merupakan hal yang lazim dalam "budaya kontak".

Hall (dalam Altman, 1976): Orang-orang Jepang menggunakan ruang secara teliti. Hal diduga merupakan respon terhadap populasi yang padat. Keluarga-keluarga Jepang memiliki banyak kontak interpersonal yang dekat; seringkali tidur bersama-sama dalam suatu ruangan dengan susunan yang tidak beraturan atau melakukan berbagai aktivitas dalam ruang yang sama. Pengaturan taman, pemandangan alam, dan bengkel kerja merupakan bentuk dari kreativitas dengan tingkat perkembangan yang tinggi yang saling pengaruh-mempengaruhidi antara semua rasa yang ada, menunjukkan pentingnya hubungan antara manusia dengan lingkungannya.


Sumber:
Modul Psikologi Lingkungan (elearning)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar