Senin, 29 November 2010

Proses-Proses Kekuasaan

Berikut adalah proses-proses kekuasaan:
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)

Perubahan-perubahan dalam power holder:
1. Memperlebar jarak sosial antara dirinya dengan orang lain yang tidak
punya power
2. Yakin bahwa yang nonpowerful tidak dapat dipercaya dan butuh “waskat”
(pengawasan yang ketat)
3. Tidak menilai pekerjaan dan kemampuan dari orang yang kurang berkuasa

Perubahan-perubahan ketika powerless:
a. pasif dan menerima situasi
b. memberontak akan ketidaksamaan dan berusaha mendapatkan persamaan
struktur
c. berusaha meningkatkan power secara tertutup dengan koalisi
d. menarik diri secara total dari kelompok

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Dasar-Dasar atau Posisi dalam Kekuasaan

1. Reward
Contoh: Persepsi bawahan bahwa atasan adalah sumber pemberian hadiah jika bawahan melaksanakan tugasnya.

2. Coersive
Contoh: Atasan dipersepsikan akan memberikan hukuman jika bawahan tidak melaksanakan tugas.

3. Legitimate
Contoh: Persepsi bawahan bahwa atasan berhak memberikan tugas karena sesuai dengan posisinya.

4. Referent
Contoh: Persepsi bawahan bahwa berinteraksi dengan atasan sangat menyenangkan.

5. Expert
Contoh: Persepsi bawahan bahwa atasan memiliki keahlian yang dibutuhkan bawahan untuk mencapai tujuan dan sasaran mereka.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Definisi Kekuasaan Menurut Beberapa Tokoh

Berikut adalah definisi-definisi dari kekuasaan dalam kelompok:

*Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya
mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan
*Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung
pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan
keinginan atau pemahaman mereka
*Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target
person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan
*Kekuasaan koersif : memaksa, bentuk-bentuk legitimasi dari pengaruh sosial,
seperti ancaman, hukuman

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Kebutuhan Mc Clleland & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Berikut adalah teori kebutuhan dari Mc Clleland:

- Need of power
- Need of affiliation
- Need of achievement

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi:
1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Motivasi Herzberg

Motivation Maintenance Theory (Herzberg)

Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
- Satisfiers = intrinsic factor
Pada Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
- Dissatisfiers = extrinsic factor
Pada Maslow = lower order needs (fisiologis, security dan social)

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Kebutuhan Maslow

Sebelum membahas teori kebutuhan Maslow, harus diketahui bahwa teori kebutuhan merupakan tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya.
Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland, Vroom

a. Satisfaction of Needs Theory (Maslow), menyusun tingkat kebutuhan manusia:

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Motivasi dan Tujuan Kelompok

Berikut merupakan definisi dari motivasi dan tujuan kelompok:

- Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri (intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
- Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
- Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Minggu, 21 November 2010

Faktor-Faktor yang Dapat Menurunkan Tingkat Kohesivitas

Kemudian, faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas, sbb.:

Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.

- Ketidaksamaan tentang tujuan.

Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kohesivitas.

- Besarnya anggota kelompok.

Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kohesivitas.

Faktor-Faktor yang Dapat Meningkatkan Kohesivitas

Saya akan membahas faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas:

- Kesamaan nilai dan tujuan.

Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.

- Keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.

- Status kelompok.

Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.

- Penyelesaian perbedaan.

Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.

- Kecocokan terhadap norma-norma.

Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.

- Daya tarik pribadi.

Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.

- Persaingan antar kelompok.

Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.

- Pengakuan dan penghargaan.

Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetiaan dari anggota kelompok.

- Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.

Ketika anggota kelompok tidak menarik antar satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.

- Persaingan intern antar anggota kelompok.

Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.

- Dominasi.

Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang.

Kohesivitas??

Kohesivitas adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. (Collins dan Raven (1964))

Kohesivitas sebagai alat ukur, sbb:
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary)

Kelompok yang makin kohesif, maka:
- tingkat kepuasan makin besar
- anggota merasa aman dan terlindungi
- komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
- makin mudah terjadi konformitas → anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Sabtu, 13 November 2010

Groupthink

Groupthink juga merupakan salah satu masalah dalam kelompok. Oleh karena itu, di blog ini, akan dibahas tentang gruopthink.

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi
tidak efektif lagi.

Gejala:

1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini

a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
* Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok
* Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi

a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Penyebab:
• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi
Pencegahan:
1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif

Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi
yang mungkin terbaik
Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat
daftar
Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada
tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V : mematuhi keputusan yang diambil

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Deindividuasi

Kondisi
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok
- Arousal
- Lain-lain (situasi baru,
penggunaan obat)

Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness -> Lost of self – regulation
- self monitoring ↓
- gagal memperhatikan
norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk
membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana
jangka panjang

Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif,
irasional, regresif, dengan
intensitas:
- tdk dibawah kendali
stimulus
- melawan norma
- pleasurable ↑

Yang menyebabkan adalah:
1. Rendahnya identiafibilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok
3. Ukuran kelompok → semakin besar, semakin mudah terdeindividuasi
4. Kebangkitan personil → amarah

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Perilaku Kolektif (Deindividuasi)

Dalam blog kali ini, akan membahas tentang teori perilaku kolektif dalam salah satu masalah dalam kelompok yang disebut deindividuasi.Terlebih dahulu harus diketahui, deindividuasi adalah proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di
dalam kelompok → pikiran kolektif.

Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya

Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Minggu, 31 Oktober 2010

Proses Dasar dalam Kelompok (Tahap Performing)

Ini merupakan tahap terakhir dalam proses dasar dalam kelompok, yaitu:

TAHAP PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK
Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana
kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
A. Coaction Paradigm
→ beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas
B. Audience Paradigm (passive spectators)
→ kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal
pelajaran ditengah orang banyak
Penelitian Robert Zajonc:
􀂾 Respon dominan
→ fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu sesuai
􀂾 Respon nondominan
→ fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu tidak sesuai
15
Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)
Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
ô€€¹ tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
ô€€¹ jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan
sukses
Tipologi tugas menurut Steiner
1. Divisible : subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota
2. Unitary >< divisible : satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maksimal
4. Optimazing : yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk
kelompok
6.Compensatory : rata-rata penilaian individu untuk menghasilkan produk
kelompok
7. Disjunctive : kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe
masalah ya atau tidak
8. Conjuctive : semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum
tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya
dengan mengkombinasikan input individualnya
Meningkatkan performance kelompok:
1. Proses komunikasi
2. Proses perencanaan → strategi-strategi kinerja
3. Prosedur-prosedur khusus:
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama:
􀂃 expressiveness : bebas mengekspresikan apa saja yang
ada dalam benak kita
􀂃 nonevaluative : tidak ada pendapat yang baik atau buruk,
semua pendapat berharga
􀂃 quantity : semakin banyak ide, semakin kreatif
􀂃 building : ide-ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide
tersebut masih kasar, harus disusun dulu)
16
b. Nominal Group Technique (NGT)
→ pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di
whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk
menuliskan gagasan lalu dipilih mana yang paling baik
c. Delphi Technique
→ pemimpin membuat kuesioner, anggota disuruh mengisi
kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan ke pemimpin lalu
diberi feedback, dikembalikan lagi ke anggota, demikian terus
menerus sampai ditemukan solusi yang baik
d. Synectics (bahasa Yunani = bergabung bersamanya elemenelemen
yang berbeda dan nampaknya tidak relevan)
→ bentuk spesial dari brainstorming. Kita disuruh berpikir lebih
kreatif, berpikir secara divergen, dapat memberikan ide bermacammacam.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Proses Dasar dalam Kelompok (Tahap Norming)

Tahap ketiga dari proses dasar dalam kelompok, yaitu:

TAHAP NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku
orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Perbedaan peran :
�� Task roles → tugas
�� Socioemotional roles → sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
�� interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
�� intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
2. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakantindakan
yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
3. Hubungan antar anggota
→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Proses Dasar dalam Kelompok (Tahap Storming)

Ini adalah tahap kedua dari proses dasar dalam kelompok, yaitu tahap storming.

TAHAP STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK
􀀩 Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok
yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.
13
Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
􀀩 perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional
minor
2. Confrontation
ô€€© dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
􀀩 diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok)
dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).
3. Escalation
􀀩 pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka
memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak
percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.
4. Deescalation
􀀩 berkurang atau menurunnya konflik
􀀩 anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan
berdebat
Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan
mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain
mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win
win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan
individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan
dengan perilaku aktualnya
5. Conflict Resolution
􀀩 tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas
akan hasilnya
Penyebab konflik :
1. Interdepence
􀀩 tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑
Deutch (1949):
ô€‚„ pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong
ô€‚„ pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih
tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya
2. Influence stategies
􀀩 strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman
dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik
3. Misunderstanding dan misperception

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Proses Dasar dalam Kelompok (Tahap Forming)

Terdapat 4 tahap dalam proses dasar kelompok.

TAHAP FORMING
A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat
memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu
Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
�� energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain.
Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO
IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan
membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging,
kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan
meningkatkan self development.
2. Transferen
�� bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan
individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat
pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu
menganggap orang tuanya.
B. Pandangan Sosiobiologi
�� Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk
memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
�� Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota
lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner
dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan
reproduksi.
C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
�� Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka
membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan
kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu
membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan
sikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.
D. Pandangan Pertukaran Sosial
�� Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost
→ minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesarbesarnya
dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).


Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Sabtu, 23 Oktober 2010

Proses Dinamika Gerakan Massa dan Individu dalam Massa

Di blog saya ini, saya akan menyajikan proses dinamika gerakan massa dan individu dalam massa, sbb.:

Proses dinamika gerakan massa, yaitu:

1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju

Sedangkan individu dalam massa, yaitu:

* Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, menurut secara membabi buta pada pemimpin.
* Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi. Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan bahwa:
- Agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa.
- Kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai tujuan tersebut.

Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan sehingga pertimbangan kritis hilang.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Massa Aktif dan Massa Pasif (oleh Park dan Burges)

Disini saya akan menyajikan apakah massa aktif dan massa pasif itu.

1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya
tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb.
Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakanginya,
yaitu:

* Adanya problem yang cukup serius.
* Upaya penyelesaian problem yang tertunda.
* Adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus
diselesaikan.

Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif, yaitu sbb.:

* Perasaan tidak puas
Bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang → jika sudah matang ‘massa’
* Tekanan jiwa masyarakat
Memuncak dan meledak

2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang-orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)

Di blog saya ini, saya akan menyajikan apa yang di sebut dengan massa abstrak dan massa konkrit, sbb.:

1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum
terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.
Alasan timbulnya adalah karena:
* Ada kejadian menarik
* Individu mendapat ancaman
* Kebutuhan tidak terpenuhi

2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
* adanya kesatuan mind dan sikap
* adanya ikatan batin dan persamaan norma
* ada struktur yang jelas
* bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas

Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai
hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah
menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah
menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya
bekas/jejak.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Minggu, 17 Oktober 2010

Jenis-Jenis Kelompok Beserta Contohnya

Terdapat beberapa jenis kelompok, yaitu:

1. Dyad → kelompok terdiri dari 2 orang
Contoh: Ketika berteman baik/dekat dengan salah seorang classmate kita.

2. Kelompok kecil → kelompok primer dimana terjadi face to face, saling
tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat
Contoh: Ketika mulai terjalin persahabatan atau hubungan yang sangat kuat dengan beberapa orang teman kita. Setiap orang terkadang memberi label pada kita, seperti, Naz dkk., atau lebih tepatnya disebut "geng".

3. Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang sangat jelas
Contoh: Organisasi-organisasi politik, agama, dsb.

4. Massa → sifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak berstruktur
Contoh: Ketika sekelompok orang (massa) berdemo untuk menurunkan harga BBM. Mereka memiliki tujuan yang sama, tetapi tidak terstruktur anggotanya. Siapa saja boleh ikut bergabung dan tidak ada keterikatan.


Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Apa Sajakah Keuntungan dan Kerugian Masuk Dalam Kelompok??

Apa sajakah keuntungan dan kerugiannya? Pasti kita bertanya-tanya. Untuk itu saya akan membahasnya disini.

Keuntungan Masuk Kelompok:
1. Social interaction
2. Social support
- social approval, yaitu: persetujuan dari lingkungan, apa yang dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok.
- belief confirmation
3. Group member characteristic
- competence
- physical attractiveness

Kerugian Masuk Kelompok
1. Primary tension
2. Personal investments, seperti: uang pendaftaran, waktu, tenaga, barang, iuran
bulanan, dll.
3. Social rejection -> terkadang jika kita tidak tepat dalam memilih kelompok, maka kita akan mendapatkan penolakan sosial dari orang lain(yang bukan termasuk anggota kita)
4. Interference, yaitu: adanya campur tangan orang lain.
5. Reactance


Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Berbagai Alasan Mengapa Seseorang Masuk Kelompok

Di blog saya kali ini, saya akan menjabarkan alasan-alasan mengapa seseorang masuk ke dalam kelompok. Alasan-alasannya adalah sbb.:

- Menurut Forsyth:
1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (misalnya:rasa aman, cinta)
2. Meningkatkan ketahanan yang adaptif
3. Kebutuhan akan informasi

- Menurut Shaw:
1. Ketertarikan interpersonal
Salah satu pertimbangan kita ketika akan memasuki sebuah kelompok adalah dengan adanya ketertarikan interpersonal, yaitu jika kita merasa senang dan nyaman dalam berkomunikasi dengan orang-orang/anggota dalam kelompok tersebut, atau kita merasa cocok/tertarik satu sama lain, maka kita akan tertarik untuk ikud bergabung dalam kelompok tersebut.
2. Aktivitas kelompok
Yaitu, ketika kita memiliki kesamaan/ketertarikan terhadap aktivitas yang sama dalam sebuah kelompok.
3. Tujuan Kelompok
Setiap orang berkelompok pasti memiliki tujuan, dan jika kita memiliki tujuan yang sama, maka kita akan merasa cocok/nyaman untuk berbagi/share tujuan kita dengan anggota-anggota kelompok lainnya.
4. Keanggotaan kelompok
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok
Yaitu, kemudahan-kemudahan yang didapat dalam sebuah kelompok. Jika kita tergabung dalam kelompok, sudah pasti segala sesuatunya bisa berjalan lebih mudah/lancar. Contoh: Jika melakukan kegiatan seperti mengerjakan tugas bersama kelompok, maka tugas tersebut akan cepat selesai jika dikerjakan bersama.

- Menurut Robbins (1998):
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Pencapaian tujuan


Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Sabtu, 09 Oktober 2010

Apa Sajakah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kelompok?

Disini terbagi dua faktor yang secara umum mempengaruhi efektivitas kelompok, yaitu faktor situasional dan faktor personal. Untuk itu, saya akan menguraikan kedua faktor tersebut dibawah ini:

a. Faktor Situasional : Karakteristik Kelompok
1. Ukuran kelompok yang efektif adalah terdiri dari 5 orang (Hare, 1952).
2. Jaringan komunikasi.
3. Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven, 1964).
Menurut Mc David & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
- Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal.
- Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok.
- Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
kebutuhan anggotanya.
4. Kepemimpinan, yaitu komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright,
1980).

b. Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Menurut (Cragan & Wright, 1980) terdapat dua dimensi interpersonal, yaitu :
1. Proses interpersonal yang mencakup keterbukaan, percaya, simpati.
2. Kebutuhan interpersonal → William C Schultz (FIRO) : inklusi, kontrol,
afeksi.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Karakteristik Umum dalam Kelompok??

Disini saya akan membahas tentang karakteristik umum kelompok menurut Sorsyth, 1979, sbb.:

1. Interaksi yang berupa fisik, verbal, nonverbal, emosional.
2. Struktur yang berupa pola hubungan yang stabil diantara anggota, yaitu:
- Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki.
- Norma : aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku
yang tepat.
- Relasi antar anggota.
3. Tujuan, yaitu:
- Intrinsik
- Ekstrinsik (tujuan bersama), faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga) dan memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai.
4. Groupness yang berupa entitavity (kesatuan) yaitu, tingkat dimana kesatuan kekuatan
tunggal menyatu.
5. Ketergantungan dinamis.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Sintalitas dan Teori Prestasi Kelompok??

Di blog saya kali ini, saya akan membahas tentang pendekatan teoritis tentang kelompok yang terbagi dua, yaitu teori sintalitas kelompok dan teori prestasi/produktivitas kelompok. Dibawah ini akan saya jabarkan satu-satu.

Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)

Teori sintalitas ini, menunjukkan kepribadian kelompok (kebersamaan, dinamika, temperamen dan
kemampuan kelompok).

Teori ini terbagi menjadi 3 dimensi, sbb.:
a. Sifat-sifat sintalitas, yaitu pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan
terhadap kelompok lain dan lingkungannya.
b. Sifat-sifat struktur kelompok, yaitu hubungan antara anggota kelompok,
perilaku kelompok, pola organisasi kelompok.
c. Sifat-sifat populasi, yaitu sifat rata-rata anggota kelompok

Dan juga terbagi menjadi 2 dinamika:
a. Eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya
b. Kelompok-kelompok biasanya saling overlapping

2. Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stogdill, 1956)

Teori ini dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi, sbb.:
a. Orientasi penguat, yaitu teori-teori tentang belajar.
b. Orientasi lapangan, yaitu teori-teori tentang interaksi.
c. Orientasi kognitif, yaitu teori-teori tentang harapan.

Dalam pengaruhnya terhadap kelompok, teori ini memiliki beberapa faktor, sbb.:
1. Input dari anggota (masukan). Input dari anggota mencakup interaksi, performance, dan harapan (kesediaan untuk mendapatkan penghargaan).
2. Variabel media. Variabel media terbagi menjadi dua struktur, yaitu struktur formal (mencakup fungsi dan status) dan struktur peran (mencakup tanggung jawab dan otoritas).
3. Output (prestasi). Output mencakup produktivitas, moril dan integrasi.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Sabtu, 02 Oktober 2010

Kelebihan dan Kelemahan dalam Kelompok (dalam Proses Dinamika Kelompok)

        Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang dapat menghambat ataupun memperlancarnya, yaitu kelebihan dan kekurangandalam kelompok. Oleh karena itu, dibawah ini saya akan menyebutkan dan menjelaskan sedikit tentang kelebihan dan kekurangannya tersebut.   Kelebihan Kelompok   
a.      Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi dan pendapat anggota yang lain. Dalam proses komunikasinya, masing-masing individu/anggota kelompok dalam suatu kelompok selalu menawarkan/memberikan informasi dan pendapat yang berbeda-beda. Secara otomatis, terjadilah pertukaran informasi dan pendapat terhadap sesama anggota kelompok, sehingga masing-masing anggotanya harus bisa menerima informasi dan pendapat dari anggota lainnya satu sama lain.
b.      Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dibanding kepentingan pribadi. Peran seseorang sebagai anggota kelompok dan sebagai individu amatlah berbeda. Sebagai anggota kelompok, kepentingan pribadi harus dikesampingkan, karena hasil setiap keputusan/interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok mempengaruhi setiap anggota yang tergabung didalamnya satu sama lain. Maka dari itu, kepentingan kelompok harus didahulukan. 
Kekurangan Kelompok           
                Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.
 Sumber: Wikipedia - Dinamika Kelompok

Kelompok, Apakah itu?

          Disini saya lampirkan beberapa definisi dari kelompok:

• Baron & Byrne (1979) : kelompok memiliki 2 tanda psikologis, yaitu pertama, adanya sense of belonging ; kedua, nasib anggota kelompok tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota terkait dengan anggota yang lain.
• Forsyth (1983) : kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi melalui interaksi sosial.
• Cartwright & Zander (1968) : kelompok adalah kumpulan individu yang saling berhubungan sehingga saling bergantung pada derajat tertentu.

          Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok itu terdiri lebih dari dua orang/individu dan saling berinteraksi. Setiap individu dalam menjalani kehidupan sehari-harinya pasti tidak lepas dari adanya interaksi sesama individu, dalam hal apapun itu. Karena sesuai dengan yang dikatakan dalam ilmu sosial bahwa manusia adalah makhluk sosial (manusia itu tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya kehadiran individu lainnya). Sesuai juga dengan pengertian kelompok oleh Baron & Byrne, sense of belonging, yaitu rasa diterimanya kita dalam suatu kelompok, apakah kita termasuk dalam kelompok tersebut atau tidak. Dalam kelompok pasti terjadi interaksi antar individu, maka setiap hasil interaksi salah satu anggota kelompok, mempengaruhi individu yang lainnya dalam kelompok tersebut, sehingga nasib anggota kelompok tergantung satu sama lain.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi
       

Seperti Apakah Kedudukan Psikologi Kelompok dalam Psikologi Sosial?

          Jika dilihat sekilas judul blog saya ini, pasti timbul pertanyaan, apakah psikologi kelompok ada hubungannya dengan psikologi sosial? Apakah psikologi kelompok dan psikologi sosial berdiri sendiri-sendiri ataukah ada keterkaitannya? Oleh karena itu, saya akan menjelaskan sedikit agar kita dapat lebih memahami seperti apa kedudukan psikologi kelompok dalam psikologi sosial.
     
          Psikologi kelompok menurut pengertiannya adalah ilmu yg berkaitan dengan perilaku kelompok. Sedangkan psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok, dan semua ahli psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka. Maka, berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa apa yang dibahas dalam psikologi kelompok juga dibahas dalam psikologi sosial. Lebih tepatnya, psikologi kelompok merupakan bagian dari psikologi sosial.

          Demikianlah kedudukan psikologi kelompok dalam psikologi sosial. Maka sudah terjawablah semua pertanyaan yang timbul setelah melihat judul blog saya, karena penting bagi seorang mahasiswa/i psikologi untuk mengetahui dan memahami seperti apakah keterkaitan/hubungan antara psikologi kelompok dan psikologi sosial.
         
Sumber: - Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi
              - Wikipedia