Selasa, 15 Maret 2011

Kesesakan

Seperti yang dipaparkan pada blog sebelumnya, kepadatan tidak akan terlepas dari kesesakan. Maka disini akan dipaparkan tentang kesesakan dalam psikologi lingkungan, sbb.:

A. Pengertian Kesesakan

Kesesakan adalah terisi hampir secara penuh, meninggalkan sedikit atau tidak ada ruang untuk bergerak; bergerak atau datang bersama-sama membentuk keramaian.

Sedangkan kesesakan menurut para tokoh, yaitu:

Altman (1975): Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan yang lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. 

Altman (1975), Heimstra & McFarling (1978): Antara kepadatan dengan kesesakan memiliki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. 

Heimstra & McFarling (1978); Holahan (1982): Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu.

Baum & Paulus (1987): Proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan 4 faktor:
a. Karakteristik setting fisik 
b. Karakteristik setting sosial 
c. Karakteristik personal
d. Kemampuan beradaptasi

B. Teori-Teori Kesesakan

Bell dkk. (1978); Holahan (1982): Untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga model teori, yaitu teori beban stimulus, kendala perilaku, dan teori ekologi.

1. Teori beban stimulus

Pendapat teori ini mendasarkan teori pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan.
Schmidt & Keating (1979): Stimulus disini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Dimana berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
a. Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan
b. Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki
d. Terlalu banyak mitra berinteraksi
e. Interaksi yang dirasa terlalu dalam atau terlalu lama
Individu akan melakukan penyaringan atau pemilahan terhadap informasi yang berlebihan tersebut.

2. Teori ekologi

Micklin (dalam Holahan, 1982): Mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan oragnisasi sosial memegang peranan sangat penting.

Analisis terhadap setting meliputi:
a.) Maintenance minimum, yaitu jumlah minimum manusia yang mendukung suatu setting agar seuatu aktivitas dapat berlangsung. Contoh: Jumlah penghuni rumah minimum agar suatu ruang tidur ukuran 4x3meter bisa dipakai oleh anak-anaknya supaya tidak terlalu sesak dan tidak terlalu longgar.
b.) Capacity, yaitu jumlah maksimum penghuni yang dapat ditampung oleh setting tersebut. Contoh: Jumlah orang maksimum yang dapat duduk di ruang tamu bila sedang dilaksanakan hajatan.
c.) Aplicant, yaitu jumlah penghuni yang mengambil bagian dalam suatu setting.

3. Teori kendala perilaku

Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological reactance) dari Brehm (dalam Schmidt & Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai faktor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia. Ia mengatakan  bahwa bila kebebasan itu terhambat, maka individu akan mengadakan suatu reaksi dengan berusaha menemukan kebebasan yang hilang tadi, yang digunakan untuk mencapai tujuannya. 

Proshansky dkk. (1976): Pengaruh psikologis dari kesesakan yang utama adalah kebebasan memilih individu dalam situasi yang sesak. Dengan bertambahnya kehadiran orang lain menyebabkan gagalnya usaha yang dilakukan individu dalam mencapai tujuannya. Kesesakan terjadi bila kehadiran orang lain dalam suatu setting membatasi kebebasan individu dalam mencapai tujuannya.

Menurut Altman kondisi kesesakan yang ektrim akan timbul bila faktor-faktor dibawah ini muncul  secara simultan, yaitu:
a. Kondisi-kondisi pencetus, terdiri dari 3 faktor:
(1) Faktor-faktor situasional
(2) Faktor-faktor personal
(3) Kondisi interpersonal
b. Serangkaian faktor-faktor organismik dan psikologis seperti stress, kekacauan pikiran, dan perasaan kurang enak badan.
c. Respon-respon pengatasan, seperti beberapa perilaku verbal dan non-verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress atau dalam mencapai interaksi yang diinginkan dalam jangka waktu yang panjang atau lama.

C. Faktor Pengaruh Kesesakan


Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan, yaitu personal, sosial, dan fisik.


Faktor Personal:
a.) Kontrol pribadi dan locus of control
b.) Budaya, pengalaman, dan proses adaptasi



Faktor Sosial:
a.) Kehadiran dan perilaku orang lain
b.) Formasi koalisi
c.) Kualitas hubungan
d.) Informasi yang tersedia

Faktor Fisik:

Altman (1975), Bell dkk (1978), Gove dah Hughes(1983): Adanya faktor situasional sekitar rumah sebagai faktor yang juga mempengaharui kesesakkan. Stessor yang menyertai faktor situasional tersebut seperti suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, dan karakteristik setting. 

Faktor situasional tersebut antara lain :
(a) Besarnya skala lingkungan.
(b) Variasi arsitektural.

D. Pengaruh Kesesakan Terhadap Perilaku


*Aktivitas seseorang akan terganggu oleh aktivitas orang lain.

*Interaksi interpersonal yang tidak diinginkan akan mengganggu individu dalam mencapai tujuan personalnya.
*Gangguan terhadap norma tempat dapat meningkatkan gejolak dan ketidaknyamanan (Epstein, 1982) serta disorganisasi keluarga, agresi, penarikan diri secara psikologi (psychological withdrawal).
*Menurunnya kualitas hidup (Freedman, 1973).
*Penurunan – penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stres, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat, dan bahkan juga gangguan mental yang serius.
*Malfungsi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala – gejala psikosomatik, dan penyakit – penyakit fisik yang serius (Worchel dan Cooper, 1983).
*Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong-royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, berkembangnya sikap acuh tak acuh, dan semakin berkurangnya intensitas hubungan sosial (Holahan, 1982)
*Fisher dan Byrne (dalam Watson dkk., 1984) menemukan bahwa kesesakan dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menyelesaikan tugas yang kompleks, menurunkan perilaku sosial, ketidaknyamanan dan berpengaruh negatif terhadap kesehatan dan menaikkan gejolak fisik seperti naiknya tekanan darah (Evans, 1979).

Dari sekian banyak akibat negatif kesesakan pada perilaku manusia, Brigham (1991) mencoba menerangkan dan menjelaskannya menjadi :
(a) pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang menekan perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain;
(b) keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggunya kebebasan memilih;
(c) kontrol pribadi yang kurang
(d) stimulus yang berlebihan.


Freedman (1975): kesesakan sebagai suatu keadaan yang dapat bersifat positif maupun negatif tergantung dari situasinya. Jadi kesesakan dapat dirasakan sebagai suatu pengalaman yang kadang-kadang menyenangkan dan kadang-kadang tidak menyenangkan.

Altman (1975) dan Watson dkk. (1984): kesesakan kadang memberikan kepuasan dari kesenangan. Hal ini tergantung pada tingkat privasi yang diinginkan, waktu dan situasi tertentu, serta setting kejadian. Situasi yang memberikan kepuasan dan kesenangan bisa kita temukan, misalnya pada waktu melihat pertunjukan musik, pertandingan olahraga atau menghadiri reuni atau resepsi.
  
Sumber: 
Modul Psikologi Lingkungan (elearning)
www.wordreference.com/definition/crowding

Tidak ada komentar:

Posting Komentar