Senin, 29 November 2010

Proses-Proses Kekuasaan

Berikut adalah proses-proses kekuasaan:
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)

Perubahan-perubahan dalam power holder:
1. Memperlebar jarak sosial antara dirinya dengan orang lain yang tidak
punya power
2. Yakin bahwa yang nonpowerful tidak dapat dipercaya dan butuh “waskat”
(pengawasan yang ketat)
3. Tidak menilai pekerjaan dan kemampuan dari orang yang kurang berkuasa

Perubahan-perubahan ketika powerless:
a. pasif dan menerima situasi
b. memberontak akan ketidaksamaan dan berusaha mendapatkan persamaan
struktur
c. berusaha meningkatkan power secara tertutup dengan koalisi
d. menarik diri secara total dari kelompok

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Dasar-Dasar atau Posisi dalam Kekuasaan

1. Reward
Contoh: Persepsi bawahan bahwa atasan adalah sumber pemberian hadiah jika bawahan melaksanakan tugasnya.

2. Coersive
Contoh: Atasan dipersepsikan akan memberikan hukuman jika bawahan tidak melaksanakan tugas.

3. Legitimate
Contoh: Persepsi bawahan bahwa atasan berhak memberikan tugas karena sesuai dengan posisinya.

4. Referent
Contoh: Persepsi bawahan bahwa berinteraksi dengan atasan sangat menyenangkan.

5. Expert
Contoh: Persepsi bawahan bahwa atasan memiliki keahlian yang dibutuhkan bawahan untuk mencapai tujuan dan sasaran mereka.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Definisi Kekuasaan Menurut Beberapa Tokoh

Berikut adalah definisi-definisi dari kekuasaan dalam kelompok:

*Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya
mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan
*Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung
pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan
keinginan atau pemahaman mereka
*Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target
person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan
*Kekuasaan koersif : memaksa, bentuk-bentuk legitimasi dari pengaruh sosial,
seperti ancaman, hukuman

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Kebutuhan Mc Clleland & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Berikut adalah teori kebutuhan dari Mc Clleland:

- Need of power
- Need of affiliation
- Need of achievement

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi:
1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Motivasi Herzberg

Motivation Maintenance Theory (Herzberg)

Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
- Satisfiers = intrinsic factor
Pada Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
- Dissatisfiers = extrinsic factor
Pada Maslow = lower order needs (fisiologis, security dan social)

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Kebutuhan Maslow

Sebelum membahas teori kebutuhan Maslow, harus diketahui bahwa teori kebutuhan merupakan tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya.
Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland, Vroom

a. Satisfaction of Needs Theory (Maslow), menyusun tingkat kebutuhan manusia:

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Motivasi dan Tujuan Kelompok

Berikut merupakan definisi dari motivasi dan tujuan kelompok:

- Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri (intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
- Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
- Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Minggu, 21 November 2010

Faktor-Faktor yang Dapat Menurunkan Tingkat Kohesivitas

Kemudian, faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas, sbb.:

Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.

- Ketidaksamaan tentang tujuan.

Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kohesivitas.

- Besarnya anggota kelompok.

Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kohesivitas.

Faktor-Faktor yang Dapat Meningkatkan Kohesivitas

Saya akan membahas faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas:

- Kesamaan nilai dan tujuan.

Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.

- Keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.

- Status kelompok.

Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.

- Penyelesaian perbedaan.

Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.

- Kecocokan terhadap norma-norma.

Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.

- Daya tarik pribadi.

Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.

- Persaingan antar kelompok.

Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.

- Pengakuan dan penghargaan.

Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetiaan dari anggota kelompok.

- Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.

Ketika anggota kelompok tidak menarik antar satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.

- Persaingan intern antar anggota kelompok.

Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.

- Dominasi.

Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang.

Kohesivitas??

Kohesivitas adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. (Collins dan Raven (1964))

Kohesivitas sebagai alat ukur, sbb:
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary)

Kelompok yang makin kohesif, maka:
- tingkat kepuasan makin besar
- anggota merasa aman dan terlindungi
- komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
- makin mudah terjadi konformitas → anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Sabtu, 13 November 2010

Groupthink

Groupthink juga merupakan salah satu masalah dalam kelompok. Oleh karena itu, di blog ini, akan dibahas tentang gruopthink.

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi
tidak efektif lagi.

Gejala:

1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini

a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
* Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok
* Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi

a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Penyebab:
• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi
Pencegahan:
1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif

Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi
yang mungkin terbaik
Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat
daftar
Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada
tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V : mematuhi keputusan yang diambil

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Deindividuasi

Kondisi
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok
- Arousal
- Lain-lain (situasi baru,
penggunaan obat)

Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness -> Lost of self – regulation
- self monitoring ↓
- gagal memperhatikan
norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk
membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana
jangka panjang

Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif,
irasional, regresif, dengan
intensitas:
- tdk dibawah kendali
stimulus
- melawan norma
- pleasurable ↑

Yang menyebabkan adalah:
1. Rendahnya identiafibilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok
3. Ukuran kelompok → semakin besar, semakin mudah terdeindividuasi
4. Kebangkitan personil → amarah

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi

Teori Perilaku Kolektif (Deindividuasi)

Dalam blog kali ini, akan membahas tentang teori perilaku kolektif dalam salah satu masalah dalam kelompok yang disebut deindividuasi.Terlebih dahulu harus diketahui, deindividuasi adalah proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di
dalam kelompok → pikiran kolektif.

Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya

Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

Sumber: Handout Psikologi Kelompok oleh Klara Innata Arishanti, S.Psi